Jumat, 28 Juli 2017

Kehadiran Minimarket Semakin Mengkhawatirkan



Kehadiran Minimarket Semakin Mengkhawatirkan


Pendirian minimarket di Kota Makassar telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2009, tetapi tidak diatur secara rinci kisaran jarak antara pasar modern dengan pasar tradisional.
Kondisi ini diperparah dengan tindakan pelaku usaha yang cenderung acuh terhadap aturan yang berlaku melalui Perda tersebut.

Tujuan diakomodasinya pelaku usaha baik skala kecil maupun besar, dalam perda tersebut adalah untuk menata keberadaan, mengatur pendirian dan penataan pasar modern agar tidak mematikan pasar tradisional, usaha mikro, kecil dan menengah, serta koperasi yang ada.

Sebanyak 76 minimarket tidak melengkapi izin sebagai kewajiban untuk tetap beroperasi. Dihimpun dari fajaronline.com, sebanyak 456 minimarket yang beroperasi yang melengkapi izin hanya 380 unit.
Rinciannya sebagai berikut:
                                           a.    Indomaret 147 unit
                                           b.    Alfa Midi 55 unit
                                           c.    Alfa Mart 164 unit
                                           d.    Circle K 14 unit
Pelanggaran yang dilakukan adalah tidak melengkapi dokumen sebagai syarat untuk tetap beroperasi baik berupa SITU, SIUP, TDP, IMB, dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM).
                                                                                                                        fajaronline.com

Penataan yang dilakukan juga belum optimal, sebab beberapa minimarket yang disegel oleh Dinas DTRB tetap beroperasi kembali bahkan segel dibuang ke selokan.
Terdapat banyak minimarket yang berdampingan atau saling berhadapan di Kota Makassar. 

Hal ini memicu kecenderungan mempengaruhi perilaku konsumen untuk familiar dengan kehadiran minimarket. Konsumen akan terbiasa dengan budaya potongan harga dan bonus terhadap nominal pembelanjaan tertentu.

Sikap pemerintah yang seakan cuci tangan dengan dibebankannya pemerintah daerah untuk melakukan penataan pasar modern secara mandiri, ditunjukkan dengan tidak diaturnya jarak antara minimarket dan pasar tradisional, usaha mikro, kecil dan menengah. Dengan kewenangan otonomi yang diberikan terbitlah Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Perlindungan, Pemberdayaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, dengan berdasarkan asas:
                                       a.    Kemanusiaan
                                       b.    Keadilan
                                       c.    Kesamaan kedudukan dan kemitraan
                                       d.    Ketertiban dan kepastian hukum
                                       e.    Kelestarian lingkungan
                                       f.     Kejujuran usaha dan persaingan sehat.

Sejalan dengan itu maka pelaku usaha diharapkan mewujudkan sinergi yang saling memerlukan dan memperkuat antara pasar modern dengan pasar tradisional, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi agar dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai upaya terwujudnya tata niaga dan pola distribusi nasional yang mantap, lancar, efisien, dan berkelanjutan.
Sementara itu, berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha minimarket di Kota Makassar, secara jelas tergambarkan bahwa terjadi persaingan usaha yang tidak sehat diantara pelaku usaha di Kota Makassar. Keberpihakan Pemerintah Kota Makassar cenderung mengarah kepada pelaku usaha minimarket, dengan tidak dioptimalkannya penataan terhadap minimarket.

Minimarket yang semakin menjamur di Kota Makassar dengan strategi dan manajemen promosi secara modern yang berbeda di tiap minimarket, menambah besaran peluang untuk mematikan pasar tradisional, usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi yang ada. Di Kota Makassar sendiri tidak diatur secara rinci jarak antara minimarket dengan pasar tradisional.

Berbeda dengan di DKI Jakarta yang mengatur jarak antara minimarket dengan pasar lingkungan

“Untuk wilayah DKI Jakarta misalnya, diatur dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 44 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perpasaran Swasta di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (“Kepgub 44/2004”) yang merupakan peraturan pelaksana dari Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta (“Perda DKI 2/2002”). Berdasarkan Pasal 8 Kepgub 44/2004 jo. Pasal 10 huruf a Perda DKI 2/2002, mini swalayan (minimarket) yang luas lantainya 100 m2 s.d. 200 m2 harus berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak di sisi jalan lingkungan/kolektor/arteri.

Hal ini diharapkan menjadi acuan Pemerintah Kota Makassar dalam mengatur regulasi secara rinci untuk menata keberadaan minimarket agar tidak mematikan pasar-pasar di sekitar minimarket tersebut berdiri.

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search